Berbagi Kebaikan untuk Sesama | WA. 085.104.717.000 | donasi via BCA 315.33.000.00
Sabtu, 25 April 2015
Balikpapan .
Bertempat di lapangan Merdeka Jl. Jendral Sudirman , BMH bersama para relawan
menyelengarakan cek kesehatan gratis
bagi masyarakat luas yang sedang meramaikan gelaran car free day.
kesehatan
gratis on the road ini, juga dimanfaatkan sebagai wadah sosialiasisi kesadaran
berzakat kepada masyarakat luas. Tak disangka, hal ini mendapat sambutan hangat
dari masyarakat, tak sedikit masyarakat yang menunaikan zakat dan sedekahnya
setelah melakukan pengecekan kesehatan gratis tersebut.
Menggunakan
mobil layanan sosial, kursi dan meja, relawan BMH Balikpapan membuka gerai
pengobatan gratis di tengah warga sedang berolahraga. Pelayanan yang diberikan
berupa pemeriksaan kesehatan berupa cek kolesterol, gula darah, asam urat dan
cek darah.
Selain
melakukan pengecekan kesehatan secara gratis, ungkap Thohir selaku koordinator
lapangan kegitan tersebut, juga melakukan sosialasi kesadaran masyarakat dalam
menunaikan ZIS.
“Hal
ini sangat penting, karena kesadaran menunaikan ZIS masyarakat menengah atas
masih sangat kurang padahal saudara-saudara kita yang ekonomi lemah diberbagai
pedalaman daerah menunggu program pembinaan dan pemberdayaan yang sudah
seharusnya diselenggarakan bagi mereka,” paparnya.
“Diantaranya
program pembinaan dan pemberdayaan yang kami tawarkan, Voucher Wakaf, Kencleng
Pendidikan, Sebar Al-Quran Nusantara, Beasiswa Tahfidz Al-Quran, Dakwah Dai
Tangguh dan program lainnya, berbagai program ini diantarnya kami melihat
kebutuhan masyarakat tentang pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an,” sambung
Thohir.
Program
pembinaan dan pemberdayaan merupakan solusi konket dalam memberikan pelayana
kepada umat, melalui pembinaan dakwah dai tangguh masyrakat tak hanya
mendapatkan pemberdayaan ekonomi tapi juga pembinaan secara ruhani.*/Ali Mu’afi
Berantas Buta Baca Al Qur'an Dengan Beasiswa Tahfidzul Qur'an
Bekasi
. Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2013
menunjukan bahwa sebanyak 54% umat Islam Indonesia masih buta baca tulis Al
Qur’an .
Hal ini
disebabkan kurangnya pemerataan penyebaran Al-Qur’an dan minimnya fasilitas pembinaan
pelajar mengajar Al-Qur’an di daerah.
Melihat
hal ini BMH diseluruh cabang di Indoensia menyuarakan kepadulian terhadap
pembinaan dan buta baca Al-Qur’an bagi masyarakat pedalaman yaitu melalui
program wakaf sejuta Al-Qur’an dan beasiswa Tahfizul Qur’an bagi yatim dan
masyarakat dhuafa.
Seperti
yang baru-baru diseleggarakan penyaluran beasiswa bagi santri tahfidzul Qur’an
binaan BMH Bekasi, melalui Majlis Ta’lim Al-Hijrah yang mayoritas di ikuti oleh
ibu-ibu ini mengumpul iuran dari para peserta pengajian yang kemudian
diserahkan sebagai beasiswa bagi 50 santri tahfidzul Qur’an yatim dan dhuafa
Pesantren Hidayatullah Tahfizul Qur’an Bekasi.
“Alhamdulillah
dukungan masyarakat sangat berarti bagi mereka, setelah beberapa lalu
menyalurkan wakaf Al-Qur’an sekarang kami berkesempatan menyalurkan beasiswa
bagi santri tahfidzul Qur’an,” jelas Hamid selaku Kadiv Program dan
Pendayagunaan BMH Bekasi.
“Semoga
kerjasama ini dapat berkesinambungan sehingga dapat lebih banyak memberikan
manfaat bagi anak – anak binaan yang sebagian besar tergolong dhuafa ini,”
sambungnya.
Ustadz
Furqon selaku pembina para santri binaan menuturkan banyak terima kasih kepada
BMH serta para donatur sehingga anak-anak binaan dapat belajar dengan nyaman
tanpa harus memikirkan biaya yang mahal.
“Semoga
kebaikan ini menjadi amal jariyah yang terus mengalir tak henti-hentinya,
seiring para santri tahfizul Qur’an dewasa hingga menyebarkan dakwah diberbagai
daerah,” jelas Furqon.
Bersama
BMH, melalui Zakat, Infak dan Sedekah anda mampu melahirkan perubahan yang
lebih baik. Zakat Pilar Perubahan.*/Ali Mu’afi
Jumat, 24 April 2015
5 Perguruan Tinggi Telah Di Miliki Hidayatullah
Hingga kini , Hidayatullah telah memiliki
setidaknya 5 Perguruan Tinggi yang terbesar di beberapa kota di Indonesia.
Kelima Perguruan Tinggi
tersebut yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah (STIS) Hidayatullah di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Lukmanul Hakim di Surabaya,
Jawa Timur. Sekolah Tinggi Ilmu Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah di Depok, Jawa
Barat. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Hidayatullah di
Batam, Kepulauan Riau. Dan STIKMA Internasional di kota Malang, Jawa Timur.
Hidayatullah dalam sektor pendidikan
Tulisan ini merupakan rangkuman dari pesan yang
disampaikan Aep Syaefuddin, salah satu anggota Pengurus Pusat Hidayatullah
dalam suatu kesempatan. Berikut beberapa kalimat inti yang coba dihimpun
sebagai bahan perenungan kita semua.
Aep Syaefuddin membeberkan pentingnya produk kader asli lembaga yang lahir dari Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH). Sebab PTH merupakan mesin yang memproduk pemuda yang yang faqih dan muharrik dalam bidangnya yang perannya untuk membangun ummat.
Ditengah tengah kehidupan global, alumni PTH yang sudah tersebar di seluruh wilayah Nusantara, adalah bukti komitmennya dalam pembangunan peradaban Islam di bumi Indonesia. Tentunya hal ini tidak lepas dari proses tumbuh kembangnya pembangunan ummat Islam secara global.
Dengan demikian peran lokal para pemuda Hidayatullah khususnya alumni PTH yang berada di daerah Nusantara, sudah selayaknya menjadi bagian dari perubahan yang terjadi di dunia.
Karenannya, penguatan wawasan global menjadi penting dan prioritas. Hal ini untuk lebih mendewasan gerakan perubahan yang diusung, dan lebih mengeksiskan kebaradaannya sebagai muharik pembangunan peradaban di bumi Nusantara.
Sementara ini, untuk di akui di level dunia seperti masuk ke anggotaan WAMY XII di maroko, memang belum, apalagi sebagai nara sumber di acara tersebut. Sampai-sampai tahun ini tidak ada tokoh pemuda Indonesia yang menyumbangkan gagasan pembangunan peradaban Islam. Dan tentu untuk bisa diakui pemuda kita harus mempersyaksikan kiprahnya di bumi Nusantara ini baik dari gagasannya (mujtahid) maupun karyanya (muharrik).
Sebuah tantangan sekaligus peluang bagi pengusung perjuangan pembangunan peradaban. Untuk itu, PTH, harus mampu meningkatkan kompetensi mahasiswanya, sekaligus institusiya. Serta melakukan konsolidasi para alumninya dan melakukan pembaharuan-pembaharuan peranan mereka untuk lebih berkibar peranannya. Karena bagaimanapun kampus PTH adalah ibu yang melahirkan mereka, sehingga kekuatan moril dan intelektual ini yang terus di gulirkan PTH. */
Penyakit Takatsur Penghalang Utama Untuk Berbagi
Ditengah jutaan rakyat
miskin masih banyak para pejabat yang Gemar memamerkan Kekayaan hasil korupsi.
Hilang pada diri mereka rasa prikemanusiaan dan rasa takut kepada allah
Subhanahu wata'ala. Telah lenyap pada diri mereka khekawatiran terhadap
perhitungan yaumul hisab. sesungguhnya keadaan ini telah diprediksi oleh
Rosulullah SAW.
Seperti yang di
terangkan dalam surat at takatsur yang artinya :
"Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka
Jahiim.” (QS. At Takatsur (102) : 1-6).
Dan di terangkan pula
dalam sebuah Hadist :
“Akan tiba bagi
manusia suata masa pada saat orang tidak lagi peduli apakah harta
yang diperolehnya halal atau haram.” (HR. Bukhari).
Pejabat tinggi
melakukan korupsi secara besar-besaran. Pejabat kecil melakukan korupsi
kecil-kecilan. Yang menjadi korban adalah rakyat kebanyakan. Kekayaan negara
yang demikian melimpah hanya dinikmati oleh segelintir kecil orang. Rakyat
kebanyakan harus rela hidup di bawah garis kemiskinan. Orang miskin tidak boleh
sakit. Orang miskin tidak boleh pintar. Orang miskin tidak boleh bahagia.
Terjadilah ketimpangan dalam distribusi wewnang dan hasil pembangunan. Bertolak
dari sinilah terjadinya kehancuran berbagai negeri.
“Apa saja harta
rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu.” (QS. Al Hasyr (59) : 7).
Kita tidak boleh
membiarkan ketimpangan sosial ini terus terjadi. Kita harus berjuang dengan
cara mencerdaskan masyarakat kita, terutama para pejabat kita yang suka
melakukan manipulasi angka-angka. Kita ajari mereka agar memiliki kecerdasan
finansial sehingga kemakmuran rakyat yang menjadi cita-cita berdirinya negara
Indonesia itu dapat terwujud.Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri
yang makmur dan memperoleh ampunan dari Tuhan Yang Maha Pengampun).
Hidup di zaman
sekarang ini memang berat. Semua serba uang. Mau melahirkan anak memerlukan
uang. Mau makan, mau sekolah, bahkan mau ke WC di terminal pun harus
mengeluarkan uang. Apalagi kalau sakit, mati pun mengeluarkan uang.
Hal ini sesuai dengan
prediksi Rasulullah. “Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan harta
untuk menegakkan urusan agama dan urusan dunianya.” (HR. Thabrani).
Memang dengan harta
yang cukup kita dapat memelihara harga diri kita dari meminta-minta, dan kita
bisa menolong orang lain. Dengan harta yang cukup kita dapat makan dan minum
yang halal dan thayib, bisa bersedekah dan bisa beribadah haji. Kita bisa makan
kenyang, tidur pulas, menutup aurat dan tempat tinggal yang mapan.
Justru, orang yang
rakus bermental miskin. Berapapun karunia yang diberikan oleh Allah SWT tidak
dapat mengantarkannya bermental memberi. Islam mengajarkan, orang yang kaya itu
bukanlah orang yang banyak saldonya di Bank. Orang yang kaya adalah orang yang
kaya hati.
Orang yang kaya hati,
senang berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ
حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan dalam hartanya
ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta”.
Maksudnya, ia gemar
bersedekah dan memberikan sebagian rizki yang diberikan Allah Subhanahu
Wata’ala kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan memberi
sesungguhnya akan mendapatkan/memperoleh. Allah Subhanahu Wata’ala akan
menggantinya dan melipatgandakannya. Orang inilah yang bermental kaya.
Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa kurang terus, sehingga
ia dihinggapi penyakitthoma’ (rakus), sesungguhnya ia bermental
miskin. Semakin menumpuk kekayaan yang dimilikinya bagaikan minum air laut,
semakin diminum semakin haus.
Orang bertakwa tidak
terjangkiti penyakit materialis. Yaitu, ketika memberi selalu mempertimbangkan
untung/rugi. Ada maksud tersembunyi dibalik pemberiannya itu. Ia khawatir jika
ia memberi, jatuh miskin. Takut hartanya berkurang. Ia tidak percaya bahwa
Allah Subhanahu Wata’ala yang melapangkan dan menyempitkan rezeki
seseorang.
o Dengki (Hasud)
Dengki adalah rojaa-u zawaali ni’mati al-ghoir (senantiasa
berharap hilangnya nikmat pada diri orang lain). Dalam sejarah kehidupan
manusia sifat buruk inilah yang menjadi penyebab pembunuhan pertama kali di
dunia. Dilakukan putra seorang Nabi yang bernama Qobil dan Habil. Habil
meninggal di tangan kakak kandungnya hanya karena persoalan wanita. Wajar jika
Rasulullah mengingatkan kepada kita bahwa sifat hasud tidak sekedar mencukur
rambut bahkan mencukur sendi-sendi agama.
Beliau juga
mengingatkan: “Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki
akan membakar seluruh kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.“ (al
Hadist). Ummat ini akan menjadi baik selama tidak berkembang sifat dengki.
Demikian bahayanya
secara individu dan sosial, Rasulullah shallahu ‘alahi wa sallam mengajarkan
kepada kita doa khusus agar terhindar dari penyakit dengki.
Dan orang-orang yang
datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami,
beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Ssesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr (59) : 10).
o Takabur (Sombong)
Menurut Imam Al
Ghozali puncak keruntuhan kepercayaan adalah syirik (menyekutukan Allah) dan
puncak kerusakan akhlak adalah takabur. Takabur adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain (bathrul haq wa ghomthun Nas). Sifat warisan iblis
inilah yang menjadikan anak manusia tidak pandai melihat kekurangan dirinya
sendiri (intropeksi), tetapi lebih senang melihat kekurangan orang lain. Semua
orang memiliki kans untuk bersikap sombong dalam profesi apapun. Karena keturunan
(nasab), kedudukan (hasab), ketampanan (al Jamal), kekuatan (al Quwwah),
kekayaan (harta), ilmu (pengetahuan), al atba’ (pengikut).
Tetapi, kesombongan
yang paling dibenci adalah kesombongan yang dilampiaskan tanpa alasan. Yaitu,
orang miskin yang sombong, orangtua yang berzina, dll. Seharusnya miskin harus
tahu diri. Seharusnya orangtua itu lebih cenderung kepada ketaatan. Karena,
usia yang dimilikinya semakin berkurang. Tua-tua berbudi, makin tua makin
mengabdi.
Allah sangat membenci
kesombongan. Karena pada dasarnya manusia itu tempat salah dan lupa (al
insanu mahalil khothoi wa an nisyan). Sekalipun manusia memiliki potensi
yang baik yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi dibatasi oleh
berbagai kekurangan/kelemahan.
Di dalam diri manusia
disamping ada sisi terang, pula ada sisi gelap. Manusia hanya berisi tong
kotoran yang bersumber dari dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang
hidung, lubang qubul dan lubang dubur. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Allah
tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga seorang yang dalam dirinya masih
tersimpan sifat sombong sekalipun seberat atom.
o Dendam
Sifat ini sangat
berbahaya baik secara individu maupun kelompok/kehidupan sosial. Karena sifat
ini akan mendorong seseorang untuk menjatuhkan orang lain yang berbeda
dengannya. Ia ingin melihat orang yang menjadi lawan politiknya celaka. Ia akan
berusaha agar tidak ada orang lain yang menyainginya, baik dalam aspek jabatan,
kekayaan, pengaruh, ilmu dll. Ia gembira jika melihat orang lain bernasib
buruk, dan menderita, serta jatuh, agar posisinya tetap eksis dan diakui orang
lain. Rasulullah mengingatkan kepada kita agar senantiasa waspada terhadap
penyakit jiwa ini. Sebab penyakit ini akan mudah merusak pergaulan hidup.
Jika kita mencermati
carut marutnya kehidupan manusia dari masa ke masa pokok pangkalnya adalah efek
ketiga penyakit jiwa tersebut. Yaitu: serakah, dengki, sombong dan dendam.
Usaha yang terpenting
dalam mengatasi gejolak sosial lanjut beliau, masing-masing individu dari anak
bangsa ini mengembangkan tiga sifat berikut:
Pertama, maafkanlah orang yang pernah berbuat
zalim kepadamu (wa’fu man zhalamaka).Kedua, berilah kepada orang
yang pernah menghalangi pemberian kepadamu (wa’thi man haromaka). Ketiga,
sambunglah orang yang pernah memutuskan hubungan kepadamu (wa shil man
qotho’aka).
Jika sikap senantiasa
memberi kepada siapa saja, apapun bentuknya pemberian itu, baik berupa materi
dan immateri, menjalin silaturahim dan menyebarkan pintu maaf maka rahmat Allah
akan senantiasa meliputi kehidupan mereka…
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (QS: Ali Imran (3) : 133-134).*/Ali Mu’afi
Hidayatullah Malang Beri Beasiswa Ratusan Santri
Suasana belajar di ruang terbuka SMP Ar Rohmah Putri Hidayatullah Malang/ dok
Hidayatullah.or.id - Sekolah terinteregrasi Ar Rohmah Putri, Pesantren Hidayatullah, Dau Malang,Jawa Timur, memberikan bantuan bagi 275 santri yang membutuhkan. Bantuan diberikan berupa keringanan pembayaran SPP dan beberapa jenis biaya lainnya.
“Jadi sifatnya subsidi silang,”
kata Abdullah, dari Yayasan Ar Rohmah Hidayatullah Malang.
Hal itu
dikemukakan Abdullah di Malang, belum lama (12/4) ini, dalam acara Pertemuan
Wali Santri SMP Ar Rohmah Putri.
Pondok
Pesantren Hidayatullah, Malang, memiliki sekitar 720 santri SMP Putri dan
sekitar 300 santri SMA Putri. Selain itu, ada juga siswa play group, TK dan
sekolah dasar.
Yayasan
Ar Rohmah juga mengembangkan SMP dan SMA Putra terintegrasi. Menurut Abdullah,
dari 275 santri yang menerima bantuan, berasal dari seluruh lembaga yang
dikelola Yayasan Ar Rohmah Malang.
Kepala
Asrama Ar Rohmah Putri, Najad Sakinah, menyebutkan, pendidikan di Ar Rohmah
Putri, dilakukan secara terintegrasi, baik di sekolah maupun di asrama.
Khusus
untuk pendidikan di asrama, ditekankan pada aspek adab, ibadah, kemandirian dan
kepemimpinan.
“Apa yang
kami upayakan akan tercapai kalau didukung oleh para wali santri. Adanya
kepercayaan dan kerjasama yang baik,” kata Sakina.
Kepala
SMP Ar Rohmah Putri, Rully Cahyo Nuvanto, mengatakan, dukungan orang terhadap
keberhasilan anak, bisa diwujudkan dengan memberikan contoh yang baik. Karena
dengan demikian anak tidak bingung dengan pendidikan yang diterimanya di
pesantren.
“Kalau
orang tua tidak mencontohkan ibadah yang baik,sementara di sekolah dididik
menjadi anak yang solihah, anak jadi bingung, mana yang harus diikutinya,” kata
Rully.*/Ali Mu’afi
Manhaj Mencetak Pemimpin
Sebagai seorang yang beriman, tentu merindukan seorang pemimpin yang beriman. Pemimpin adalah bagian yang tak dapat dipisah – pisahkan dari diri kita.
Karena, pemimpin yang akan
mengarahkan, memandu, dan membimbing kita, pengaruhnya kita rasakan secara
langsung dalam memberikan perubahan kehidupan keseharian kita. Sehingga,
pemimpin tersebut tidak saja legal secara konstitusional, pula legitimate, dan dicintai
rakyatnya.
Dan Kami jadikan diantara mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika
mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini (membenarkan) ayat-ayat Kami (QS. As Sajdah (32) : 24).
Dalam Al Quran, Allah SWT telah
menjelaskan kepada kita karakteristik pemimpin yang ideal. Yaitu pemimpin yang
adil, kasih sayang, dan mencintai kita. Pemimpin yang dapat diteladani
keilmuannya, ketakwaannya, pengabdiannya (khidmahnya).
Pemimpin
yang menomorsatukan kepentingan yang dipimpin, dan menomor duakan kepentingan
diri, keluarga, dan golongannya. Karena, ia sudah menjadi milik umat.
Bukan saja milik keluarga dan kabilahnya.
Ketika
Allah menjelaskan proses pengangkatan nabi Yusuf as sebagai bendahara Mesir,
Allah menjelaskan bagaimana Qithfir Al ‘Aziz memuji Yusuf.
Raja
berkata:
Bawalah
Yusuf kepadaku. Aku akan jadikan dia penasihat khusus untuk diriku. Maka
tatkala raja itu berbicara kepada Yusuf, Raja berkata : Mulai hari ini engkau
menjadi orang yang memiliki kedudukan lagi terpercaya di sisi kami. Yusuf
berkata : Jadikanlah aku pengelola harta kekayaan negara. Sesungguhnya aku
orang yang sangat pandai untuk mengelola, lagi sangat luas pengetahuanku (QS. Yusuf (12) : 54-55).
Merujuk
ayat di atas, kita memahami empat kriteria yang sepatutnya melekat dalam
struktur kepribadian seorang pemimpin. Dengan keempat karakter tersebut, Yusuf
menjadi pemimpin yang ideal. Menggabungkan mutu komitmen dan kompetensi.
Demikian
pula karakter pemimpin para malaikat (Jibril) yang Allah amanahi menyampaikan
wahyu kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang dipuji oleh Allah dalam Al
Quran.
Sesungguhnya
Al Quran itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia
(Jibril). Yang memiliki kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah,
mempunyai ‘arsy yang ditaati disana di alam malaikat lagi amanah (dapat
dipercaya). (QS. At
Takwir (19) : 21).
Jibril
memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah menunjuknya untuk mengemban
tugas paling berat, mengantarkan wahyu kepada utusan Allah yang ada di muka
bumi ini. Dan seperti itulah selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi
rakyatnya. Bukan DPR (Dewan Perwakilan Rupiah), tetapi DPR (Dewan Perwakilan
Ruhiyah) bagi rakyatnya. Dia sosok yang terhormat, bukan manusia rendahan. Memiliki
kemampuan dan profesionalitas. Dan amanah dalam mengemban tugas.
Tentu
saja, untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat ideal bukan
pekerjaan instan. Melahirkan pemimpin terkait dengan amaliyyatud tadayyun (proses keberagamaan) kita. Dan, proses
interaksi dengan agama kita sebanding dengan ‘amaliyyatut
ta’allum (proses
pembelajaran) yang berlangsung secara berkesinambungan.
Jadi,
untuk menyiapkan pemimpin yang merupakan foto
copy diri kita, tergantung
kesiapan kita untuk diproses, ditarbiyah, ditakwin, menuju insan yang shalih
bagi setiap tempat dan masa sesuai dengan karakteristik dinul Islam itu
sendiri.
Kelahiran
seorang pemimpin terkait langsung dengan kualitas keberagamaan kita. Jika kita
adalah sosok minal muttaqin, minal mukminin, minal mujahidin, minal muqarrabin, minash shalihin, minal muhsinin, maka seperti
itulah pemimpin yang akan kita lahirkan.
Sebaliknya,
jika kita tidak memiliki keterikatan yang kuat (komitmen) terhadap nilai-nilai manhaj(wahyu), kita jangan
kaget jika Allah SWT mengirimkan pemimpin yang fasiq, diktator, di
tengah-tengah komunitas kita.
Demikianlah
Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim menjadi pemimpin bagi sebagian
yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan (QS. Al An’am (6) : 129).
Kita
meyakini, tidak ada kejadian yang kecil dan besar, diam dan gerak, muncul dan
tenggelam, maju dan mundur, naik dan turun, termasuk pengangkatan seorang
pemimpin, kecuali dalam pengaturan, izin, dan restu Allah SWT. Tidak
semata-mata peristiwa alam (thabii, natural).
Katakanlah:
Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki di tangan Engkaulah segala kebaikan (QS. Ali Imran (3) : 26).
Surat Al
Anam ayat 129 di atas kita bisa memperoleh pelajaran fundamental bahwa diantara
hukuman Allah kepada orang yang zhalim (menganiaya diri sendiri) adalah Allah
menunjuk orang zhalim lain yang menguasainya. Si zalim pertama akan mendapatkan
kezhaliman dari sosok zalim kedua.
Ketika
kita ikhlas, sabar dalam mentarbiyah, mentazkiyah diri, keluarga, masyarakat,
dengan amar bil ma’ruf dan nahi
‘anil mungkar, maka Allah akan mengirimkan pemimpin yang baik. Ketika
masyarakat berbuat zalim, melakukan maksiat, menjauhi syariat, maka yang akan
memimpin kita adalah orang yang menindas kita, sebagai hukuman atas perbuatan
kita.
Selama
ini, kita selalu menuntut agar pejabat, kalangan elitis (qiyadah), agar menjadi
pemimpin yang adil dan bijaksana. Kita sering mengangkat hadits: Jihad
tertinggi adalah kalimat yang haq di sisi sulthan yang zalim (jair).
Tetapi,
kita seringkali mengabaikan muhasabah, muraqabah, terhadap diri kita sendiri.
Sudahkah kita menjadi sosok yang shalih, mukmin, mujahid? Jika kita belum
menjadi alat peraga Al Quran yang berjalan di medan kehidupan, mengapa kita
menuntut kelahiran pemimpin yang Qur’ani?.
Kita
harus berpikir realistis, bahwa pemimpin yang hadir di tengah-tengah kita adalah
lukisan dari kepribadian kita. Janganlah kita seperti kaum Khawarij yang selalu
menuntut dan mengkritik Ali bin Abi Thalib. Mengapa pemerintahan kalian tidak
seperti pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khathab ?.
Ali bin
Abi Thalib menjawab:
Karena
pada zaman Abu Bakar dan Umar, yang menjadi rakyat adalah aku, dan orang-orang
yang sepadan denganku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang
semisalmu (Syarh Riyadhush Shalihin, Ibnu Utsaimin).
Para
ulama mengatakan :
اعمالكم
اعمالكم كما تكونوا يولي عليكم
Amal
perbuatan kalian sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian,
seperti itulah model kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.
Ibnul
Qayyim Al Jauziyah pernah menjelaskan pentingnya memperbaiki diri, jika kita
berharap memiliki pemimpin yang baik.
وتأمل
حكمته تعالى فى أن جعل ملوك العباد
وأمراءهم
ووﻻتهم من جنس أعمالهم ظهرت
فى
صوروﻻتهم وملوكهم فان استقاموا استقامت
ملوكهم
وان عدلوا عدلت عليهم وان جاروا جارت ملوكهم
Renungkanlah
hikmah Allah. Dia jadikan pemimpin bagi para hamba-Nya, sejenis dengan amal dan
prilaku hamba-Nya. Bahkan seolah-olah amal mereka berwujud seperti pemimpin
mereka. Mereka istiqomah dalam kebaikan, pemimpin mereka akan istiqomah.
Sebaliknya,
ketika mereka menyimpang, maka pemimpin mereka pun menyimpang. Ketika mereka
berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan berbuat zalim (Miftah Darus Sa’adah hal. 253).
Ada
seorang ulama mantan pemimpin para begal, Fudhail bin ‘Iyadh, beliau memberikan
contoh kepada kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi pemimpin.
Kata
Fuadhil: Seandainya saya
memiliki satu doa yang mustajabah, maka saya tidak akan menggunakannya kecuali
untuk kebaikan pemimpin. */Ali Mu'afi
USTADZ SHOLIH HASYIM
·
penulis adalah
anggota Dewan Syura Hidayatullah
Senin, 20 April 2015
517 Warga Malang Terlayani di Layanan Kesehatan Gratis
Layanan Kesehatan Gratis merupakan salah satu program rutin Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang. Sebuah upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dhu’afa, khususnya yang lokasinya jauh dari akses kesehatan. Dalam pelaksanaan Layanan Kesehatan Gratis tersebut, BMH Cabang Malang didukung penuh oleh IMS (Islamic Medical Service) Cabang Malang.
Kegiatan yang dilakukan pada tiap event adalah konsultasi
kesehatan, pemeriksaan kesehatan secara umum yaitu penimbangan berat badan,
pemeriksaan tekanan darah, kemudian chek darah meliputi chek kadar gula dalam
darah, kadar asam urat dan kadar kolesterol. Selain itu juga melayani pasien
untuk sakit-sakit ringan seperti batuk, pilek, capek dll. Untuk sakit yang agak
berat akan dirujuk ke Balai Pengobatan atau Rumah Sakit.
Senyum ramah selalu mengiasi wajah warga yang telah menunggu
di lokasi Layanan Kesehatan Gratis. Allhamdulillah pada catur wulan pertama di
tahun 2015 ini telah terlaksana secara rutin Layanan Kesehatan di beberapa
tempat yang berbeda yaitu:
No
|
Tanggal Pelaksanaan
|
Lokasi
|
Pasien terlayani
|
1
|
11 Januari 2015
|
Sumberejo – Batu
|
138
|
2
|
11 Februari 2015
|
Pujon Lor – Pujon
|
144 + 4 anak khitan
|
3
|
22 Maret 2015
|
Sukodadi – Wagir
|
89
|
4
|
18 April 2015
|
Pujon Kodul – Pujon
|
73
|
5
|
19 April 2015
|
Cemorokandang - Kedungkandang
|
69
|
Sampai dengan April 2015 tercatat sedikitnya 517 pasien terlayani
di 5 event Layanan Kesehatan Gratis. Mudah-mudahan kegiatan yang dilakukan bisa
memberikan manfaat bagi penerima.
“Terimakasih BMH dan team yang telah jauh-jauh
datang ke tempat kami di gunung. Pemeriksaan kesehatan seperti ini belum pernah
ada di tempat kami dan sangat bermanfaat bagi kami. Kami berharap kegiatan
seperti ini akan bisa dilaksanakan rutin di tempat kami.” Ungkap Bapak Arif,
salah satu tokoh masyarakat di Sukodadi – Wagir pada saat pelaksanaan Layanan
Kesehatan Gratid di Wagir (22/03). puji
Salurkan infaq terbaik anda untuk kegiatan sosial
selanjutnya di Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang melalui rekening BCA
315.3300.000 atau BNI 0053091247 a.n. Baitul Maal Hidayatullah. Call/SMS di
0851.0471.7000
Minggu, 12 April 2015
Belajar Wakaf dari Universitas Al Azhar
Siapa tak kenal Universitas Al – Azhar , Kairo Mesir? Perguruan tinggi Berusia seribu tahun lebih yang telah dikenal seantero dunia. Bahkan , keberadaannya jadi buah bibir umat Islam berkat jasa-jasanya yang telah mencetak banyak ulama dan cendikiawan Muslim.
Tapi, tak banyak yang tahu sejarah perguruan tinggi yang terletak di negara yang dikenal sebagai ibunya dunia (ummu dunnya) itu dulu lahir dari sebuah masjid yang didirikan oleh panglima perang dinasti Fathimyah, Jauhar Al Shaqali pada tahun 970.
Laiknya masjid, dulu hanya digunakan sebagai tempat ibadah, majelis taklim dan dakwah. Lambat-laun geliat aktivitas dakwah dan tarbiyah di masjid ini kian tak terbendung. Pada era Muhammad Abduh karena makin banyak aktivitas pendidikan maka dibentuklah jenjang pendidikan mulai dari dasar hingga perguruan tinggi. Hal itu jadi titik awal lahirnya altar universitas Al Azhar, Kairo yang bisa dirasakan umat Islam hingga kini.
Meski saat ini menjadi universitas berpengaruh di dunia, Al Azhar tidak pernah memasang tarif layaknya perguruan tinggi internasional di Barat. Tidak hanya itu, buku-buku yang biasanya dijual mahal, di Al Azhar dibagi gratis atau dijual dengan harga terjangkau. Tidak mudah untuk melakukan hal itu bagi sebuah kampus.
Terlebih biaya operasional kampus dari waktu ke waktu terus melambung. Tapi, seiiring waktu, Al Azhar tetap eksis.
Lalu, apa rahasianya? Ternyata Al Azhar dari awal sejarahnya mengelola dana wakaf umat Islam. Dana wakaf itu berupa banyak hal, mulai dari uang tunai, harta benda, bangunan, tanah dan sebagainya. Apapun yang bermanfaat bagi Al Azhar ada saja umat Islam yang mewakafkannya. Tak sungkan-sungkan.
Menurut Imam Syafii dan Haanafi wakaf adalah menahan harta-benda sehingga menjadi hukum milik Allah ta’alaa, maka seseorang yang mewakafkan sesuatu berarti ia melepaskan kepemilikan harta tersebut dan memberikannya kepada Allah untuk bisa memberikan manfaatnya kepada manusia secara tetap dan kontinyu, tidak boleh dijual, dihibahkan, ataupun diwariskan. Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa.
Yang menarik, begitu banyaknya jumlah dana wakaf umat Islam yang dikelola Al Azhar, sampai negara yang terkenal dengan piramida itu membuat wazirah al Auqaf, sebuah kementerian khusus wakaf. Tentu diperkuat dengan Undang-undang dan tenaga yang ahli dan prosesional.
Tidak hanya mampu memberi gratis puluhan ribu mahasiswa di tengah gempuran kebutuhan yang kian membengkak, Al Azhar justru mengembangkan sayap unit usahanya. Seperti rumah sakit, pemberian modal usaha, mengirimkan dai dan dosen ke seluruh dunia, dan menerbitkan koran mingguan Shout Al Azhar. Prestasi yang sungguh membanggakan.
Kesuksesan Al Azhar dalam mengelola dan memanfaatkan dana wakaf umat ini banyak menginspirasi umat Islam di belahan negara di dunia, salah satunya di Indonesia. Tak sedikit lembaga dan yayasan yang menggunakan konsep wakaf untuk melakukan pemberdayaan umat dan pengembangan yayasan. Bahkan, saking dahsyatnya efek wakaf ini, negara komunis Rusia sempat melarang umat Islam untuk berwakaf. Pasalnya, wakaf di negara tersebut diklaim bisa membantu pertumbuhan Islam cukup signifikan.
Wakaf di negara yang jumlahnya terbesar di dunia, Indonesia ini memiliki potensi luar biasa. Ibarat raksasa tertidur (giant sleeping). Lihat saja jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 250 juta jiwa. Apalagi, dari jumlah sebesar itu, sekitar 80 persen lebih adalah umat Islam.
Jika setiap umat Islam sadar untuk wakaf maka akan terkumpul dana yang luar biasa. Hitung saja misalnya per orang Rp 50 ribu per bulan. Kalau diambil sepuluh juta orang saja misalnya kemudian dikali Rp 50 ribu maka dihitung dengan kalkulator manual bisa jebol. Luar biasa!
Sayangnya, kesadaran umat Islam untuk berwakaf masih cukup minim. Karena itu, potensi yang besar seperti raksasa tertidur itu harus dibangunkan. Jika kesadaran itu sudah terbangun, tidak menutup kemungkinan banyak proyek keumatan yang bisa segera tertangani. Dan umat Islam Indonesia menjajadi ‘raksasa Asia yang menggeliat’ sebagaimana Al Azhar
Inilah Gunung Pelangi Di China yang Diceritakan di Dalam Al-Quran
Hidayatullah.com – Beberapa minggu ini penduduk dunia virtual (netizen) heboh dengan fenomena gunung
pelangi dan warna-warni (rainbow mountain).
Semula , kabar adanya gunung pelangi itu
hanya hoax. Namun belakangan,
fenomena itu makin terungkap setelah berbagai tulisan dan video amatir
menambahi fakta baru.
Adalah Danaxia Landform fenomana lanskap yang ditemukan
di sebelah tenggara dan barat daya China, terdiri dari tebing-tebing
lengkung warna-warni. Tepatnya berada di Kota Zhangye, di Provinsi Gansu,
China.
The Zhangye Danxia Geological Park Nasional (China: 张掖 丹霞 国家 地质 公园), ini mencakup area seluas 510 kilometer persegi (200 sq
mi). Sebelumnya taman provinsi dan daerah pemandangan, itu menjadi geopark
nasional pada November 2011.
Gunung pelangi ini dinilai sangat menakjubkan
karena bukit dan lembahnya terdiri dari lapisan warna merah, biru, hijau
zamrud, coklat, dan kuning. Menariknya, di tempat itu tak ditemukan tumbuhan
atau hewan apapun karena kondisi tanahnya yang tandus.
Menurut Telegraph, warna-warni
menakjubkan perbukitan tersebut berasal dari batuan pasir merah dan mineral
yang terbentuk sejak periode Kapur, tepatnya 24 juta tahun lalu.
Formasi
batuan tersebut kemudian mengalami pergeseran lempeng tektonik yang juga
membentuk pegunungan Himalaya. Hujan dan angin yang menerpa daerah itu selama
jutaan tahun juga ikut andil dalam membentuk ceruk, lembah, dan pola warna
Zhangye Danxia. Konon gunung ini akan menampilkan pola warna yang berbeda-beda,
tergantung kondisi cuaca.
Daerah
ini dengan cepat menjadi objek wisata yang populer bagi kota Zhangye.
Sejumlah trotoar dan jalan telah dibangun guna mendorong pengunjung menjelajahi
formasi batuan yang menakjubkan, utamanya setelah UNESCO telah
menetapkannya dalam Daftar Warisan Dunia pada pertemuan ke-34 yang
diadakan di Brasilia, ibu kota Brasil, pada tanggal 1 Agustus 2010.
Saat
pertama kali Danaxia
Landform diketahui
khalayak melalui foto-foto yang beredar di dunia maya, banyak yang menganggap
pola pelanginya merupakan hasil rekayasa komputer.
Apalagi
belakangan banyak orang merilis video amatir saat usai mengunjungi Danxia
Landform, kini,
tempat ini menjadi salah satu objek wisata paling dicari di China yang
menghasilkan pendapatan cukup tinggi bagi penduduk Zhangye.
The Zhangye Danxia landform juga dikenal sebagai eye candy dari Zhangye. Banyak seniman mengagumi
karya ini laksana lukisan sempurna di atas kanvas.
Yang
tak kalah menakjubkan, belakangan fenomena ini dikaitkan dengan salah satu
surat dalam Al-Quran, tepatnya dalam Surat Al Fathir [35] ayat 27 di mana Allah
Subhanahu Wata’ala telah lama mengungkap rahasia adanya gunung yang
berwarna-warni.
أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ
مُّخْتَلِفاً أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ
أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari
langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam
jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada
garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam
pekat.” [QS: Al Fathir [35]: 27]
Al-Quran
telah menjelaskan fenomena alam tersebut 14 abad yang lalu, bahhkan sebelum
para Sahabat Rasulullah datang dan berdakwah ke China.
Hal
ini menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah salah satu bukti terpenting yang
memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi
kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilaat
[41]: 53).
Semoga
informasi yang ada dalam Al-Quran semakin menambah keyakinan kita akan
kebenaran Al-Quran.*/Ali Mu'afi
Sabtu, 11 April 2015
Mengenal Sosok Ustadz Abdullah Said
Abdullah Said adalah pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang kemudian menjadi organisasi massa Islam Nasional bernama Hidayatullah. Abdullah Said lahir di sebuah Desa yang bernama Lamatti Rilau, salah satu desa di wilayah Kecamatan Sinjai Utara,Kabupaten Sinjai , Sulawesi Selatan. Bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Yaitu pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945,dengan nama lahir Muhsin Kahar.
Sejak masih dalam kandungan Abdullah Said sudah jadi
perbincangan keluarga dan masyarakat di kampungnya, sebab usia kandungan ibunya
sudah mencapai dua tahun namun belum lahir juga. Bahkan ada pandangan miring
bahwa yang dikandung itu bukan manusia tetapi buaya atau entah apa.
Untuk pendidikan dasar, selain bimbingan langsung dari
ayahnya, KH Abdul Kahar Syuaib, Muhsin kecil sangat tertolong oleh Sekolah
Rakyat (SR) yang ada dikampungnya. Namun karena harus mengikuti ayahnya pindah
ke Makassar, ia harus rela meninggalkan kampung halaman tercinta dan
meninggalkan pendidikannya yang saat itu telah duduk di kelas III, antara tahun
1952-1954.
Setelah di Makassar, Muhsin kecil diterima di kelas IV
di Sekolah Dasar No. 30 di kota itu. Di Sekolah ini Muhsin kecil selalu menjadi
bintang kelas karena menguasai seluruh mata pelajaran, termasuk pelajaran
menggambar. Bahkan Muhsin kecil pernah mengangkat nama sekolahnya ketika
menjadi yang terbaik dalam pertandingan menggambar antar sekolah dasar se-Kota
Besar Makassar.
Setelah lulus dengan nilai tertinggi, Muhsin Kahar
melanjutkan pendidikannya ke sekolah agama, yakni Pendidikan Guru Agama Negeri
6 Tahun (PGAN 6 Tahun), salah satu gurunya adalah KH.Djamaluddin Amien. Dia
memilih sekolah ini untuk melanjutkan pendidikannya karena disamping dapat
mempelajari agama, juga merupakan sekolah yang sangat didambakan saat itu
sebagai satu-satunya sekolah Pendidikan Guru Agama milik pemerintah yang ada di
kawasan Indonesia Timur.
Lagi-lagi di PGAN 6 Tahun Muhsin kahar selalu menjadi
bintang kelas, pandai berpidato dan berpengetahuan luas. Sejak masuk PGAN
sampai kelas IV dia selalu ditunjuk sebagai ketua kelas, dalam setiap rapat dia
selalu dipercayakan untuk memimpin.
Lulus sekolah lanjutan PGAN 6 Tahun dengan nilai
tertinggi, Muhsin Kahar ditugskan untuk melanjutkan pendidikannya ke IAIN
Alauddin, Makassar. Namun hanya setahun dia mengikuti kuliah lalu berhenti. Dia
telah membaca semua materi kuliah yang diberikan dosen. Hingga akhirnya dia
menarik kesimpulan bahwa kalau duduk beberapa tahun di bangku kuliah, cukup
menyita banyak waktu dan energi, sementara hasilnya sangat tidak seimbang
dengan yang telah dikorbankan.
Kalau hanya untuk mendapatkan titel sarjana, bukan itu
yang diperlukan. Namun yang dia butuhkan adalah bagaimana bisa mengaplikasikan
ilmunya secara menyeluruh kapanpun dan dimanapun dia berada.
Pemikiran
Pemikiran Abdullah Said dapat ditelusuri dari karya
tulis, ceramah, dan berbagai aktivitas dia. Namun, jika melihat pada
catatan-catatan dia, memang tidak dijumpai tulisan yang secara khusus membahas
pandangan atau pemikiran dia, ini dapat dimaklumi sebab dia memang manusia
kerja, “Man of Action” seperti yang dikatakan Amien Rais (Mantan MPR-RI, mantan
ketua Umum Muhammadiyah), ketika dimintai komentarnya terhadap pribadi Abdullah
Said. Dari berbagai cacatan, ceramah dan gerakan serta aktivitas da’wahnya,
dapat diidentifikasi beberapa gagasan sebagai pemikiran da’wah Abdullah Said
sebagai berikut:
Bidang Da'wah
Bagi Abdullah Said da’wah adalah prioritas utama,
tekad dia adalah dimanapun dia berada nantinya, umurnya akan dihabiskan untuk
mengurus Islam. Dia pernah mengatakan tentang kerja da’wah ini bahwa: “Da’wah
bukanlah pekerjaan ringan, karenanya Allah tidak menitip amanah ini kepada
sembarang orang. Setetes hidayah dari Allah, jauh lebih berarti dari
berjilid-jilid buku yang ditulis oleh seorang penulis paling terkenal
sekalipun.”
Pengkaderan
Tingginya perhatian dia terhadap pengkaderan ini
sehingga dia terus berpikir untuk mencari metode pengkaderan yang dapat
melahirkan kader-kader yang tangguh. Maka dari kajian dan diskusi yang dia
lakukan, lahirlah sebuah metode yang digunakan dalam mendidik kader yang
disebut “Sistematika Nuzulul Wahyu”.
Terkait dengan pembinaan kader ini, Abdullah Said
menyatakan bahwa: kaderisasi adalah permasalahan serius yang dihadapi oleh
hampir setiap organisasi. Sehingga sering dikatakan, “sekarang kita sedang
mengalami krisis kader”.
Abdullah Said berpandangan bahwa kader menjadi dewasa
bukan karena kemanjaan tapi karena keprihatinan. Dari hidup yang prihatin
terasah perasaannya, tajam intuisinya, peka jiwanya, tanggap nuraninya.
Pikirannya terlatih, keterampilannya terbina, pelan-pelan jiwa kepemimpinannya
terbangun.
Sosok Da'i
Hal yang tak kalah penting dan selalu ditekankan oleh
Abdullah said adalah bahwa letak keberhasilan ceramah atau da’wah bukan hanya
ditentukan semata karena kemahiran beretorika. Perhatian pendengar dan audiens
sangat ditentukan oleh perilaku dan akhlak da’i. orang memperhatikan budi
pekerti dan tingkah laku sehari-hari. Dia pernah mengatakan: ”Da’wah yang lebih
didengar adalah da’wah yang didukung oleh pembuktian ayat, berupa peragaan dan
praktik di lapangan pada diri dan keluarga.”
Hal lain yang selalu ditekankan oleh Abdullah Said
kepada para da’i Hidayatullah adalah agar tidak meninggalkan shalat lail demi
suksesnya da’wah. Menurut dia seorang da’i adalah pejuang Islam yang memikul
beban yang sangat berat sehingga seharusnya dia senantiasa dekat dengan Allah
SWT yang akan memberikan keringanan dan kemudahan dalam menjalankan misi
da’wahnya. Dia mengatakan: “Bagi mereka yang pernah melakukan shalat lail tentu
merasakan dan mengakui adanya pertarungan yang sangat seru dan sengit dalam
menghadapi godaan syetan dan pengaruh nafsu yang luar biasa kuatnya.”
Metode Da’wah
Mengenai manhaj dan metode da’wah ini Abdullah Said
mengatakan bahwa: “Karena ketidak jelasan manhaj, kadang-kadang da’wah Islam
tidak lebih sekedar hura-hura”
Dengan menapak tilas perjalanan Rasulullah, Abdullah
Said berusaha keras memetik hikmah dari kondisi yang dialami Nabi Muhammad SAW
sebelum menerima wahyu hingga turunnya 5 surat pertama sebagai bahan pembinaan.
Menurut pendapatnya, Allah SWT yang merekayasa kondisi Nabi Muhammad demikian
itu tentu punya target. Setelah melalui pengkajian yang intens Abdullah Said
akhirnya merumuskan suatu metode pembinaan berdasarkan tertib turunnya lima
surat pertama, yang kemudian dikenal dengan Manhaj Sistematika Nuzulul Wahyu.
Yang selanjutnya metode ini dijadikan sebagai manhaj da’wah Hidayatullah.
Pendidikan
Secara akademik Abdullah Said bukanlah siapa-siapa.
Dia bukan guru besar juga bukan penulis kritis terhadap sistem yang ada. Namun
bagi seorang ilmuwan sejati, kiprah dia lebih dari sekedar upaya fisik, tapi
implementasi ide dan gagasan yang holistik dan realistis. Pasalnya
peninggalannya berupa Pesantren Hidayatullah, di dalamnya terkandung warisan
konsep pendidikan yang sangat dibutuhkan umat di masa ini dan masa yang akan
datang.
Abdullah Said bukanlah seorang kritikus tapi problem
solver. Dia tidak ingin hidupnya tersita untuk mengkonsep pemikiran kritis
sementara dalam alam realita tidak terwujud satu karya apapun. Dia memandang
pendidikan sebagai amanah keimanan yang harus mengantarkan manusia pada derajat
ketaqwaan.
Dia kurang setuju dengan pendidikan yang berorientasi
pada predikat kesarjanaan, yang dia inginkan adalah Pendidikan yang
berorientasi pada kekaderan yang kehadirannya ditengah masyarakat benar-benar
langsung dirasakan manfaatnya, sehingga orientasi dia adalah mendidik santrinya
untuk siap pakai.
Pendidikan yang sempat ada dimasa dia adalah
Pendidikan Dasar Islam (PDI), setingkat SD, pendidikan Ulama dan Zuama (PUZ),
setingkat SMP, dan Kuliah Muballighin dan Muballighat (KMM), setingkat SMA.
Pada kesemua jenjang pendidikan tersebut dia lebih menekankan praktek langsung
daripada berkutat dengan teori di dalam ruang kelas belajar, sehingga
menghasilkan kader-kader yang siap diterjun bebaskan kemana saja dan kapan
saja.
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, obsesi Ustadz Abdullah Said
adalah membangkitkan perekonomian golongan ekonomi lemah, dengan mencarikan dan
memberikan pinjaman kepada para pedagang kaki lima dan santri-santri yang
mempunyai kecendrungan untuk berdagang. Demikian pula pada sektor angkutan
umum, dia membeli beberapa buah mobil angkutan kota sebagai pengawal,
diharapkan kedepan armada angkutan kota terus bertambah dibawah koordinasi
Hidayatullah.
Dia juga berkeinginan membuat super market yang menyediakan
segala macam kebutuhan, dalam guyonannya dia mengatakan, “dari terasi hingga
helikopter tersedia”, dengan sistem pesan-antar, pesan di malam hari- pagi
harinya diantarkan oleh petugas. Hal ini tidak hanya saling menguntungkan,
namun juga sebagai sebuah cara untuk menertibkan hukum sehingga kaum wanita
tidak perlu jauh-jauh keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Disamping itu dia juga menginginkan agar memproduksi
sendiri bahan-bahan makanan dengan tujuan menyediakan lapangan kerja dan untuk
menghilangkan keragu-raguan terhadap produk-produk makanan yang ada.
Dalam sebuah kesempatan kuliah malam jum’at, 25 maret
1990 dia menyampaikan bahwa, “kita harus kaya dan kaya, namun bukan untuk
pribadi tetapi untuk lembaga. Karena yang kita pikirkan adalah seluruh dunia,
bagaimana meng-Islamkan peradaban sekarang”.
Politik
Kendati Hidayatullah tidak berorientasi kepada
politik, tetapi Ustadz Adullah Said tidak mau ketinggalan mengikuti
perkembangan politik. Namun dalam pandangan dia, jika suatu saat tiba-tiba
pemerintah (yang saat itu berada dibawah kekuasaan partai Golkar) merubah
undang-undang keormasan dan memberikan kesempatan untuk menambah jumlah partai
politik, maka Hidayatullah lah yang paling siap berpartisipasi dengan mengandalkan
cabang-cabang yang ada diseluruh Indonesia yang siap menyala jika Gunung tembak
sebagai generator telah dihidupkan.
Dia menginginkan para pemuda
masuk barisan partai oposisi karena jika ditangkap masih bisa bertahan hidup
dipenjara, sedangkan kaum tua disuruh masuk golkar agar mendapat jaminan. Dia
menginginkan Hidayatullah menguasai kursi pada tiga partai saat itu (Golkar,
PPP, dan PDI), sehingga keputusan yang dikeluarkan didominasi oleh
Hidayatullah. Abdullah Said meninggal dunia di Jakarta pada 4 Maret 1998
setelah beberapa waktu menjalani pengobatan atas penyakit yang dideritanya.*/Ali Mu’afi