Lembaga Amil Zakat Nasional

Selama 20 tahun dipercaya mengelola dana ZAKAT, INFAK, SEDEKAH dari para dermawan untukk kebaikan Ummat

Daftar Jadi Donatur Daftar jadi Relawan

Our Services

Program Dakwah

Ujung tombak para penyeru kebaikan di daerah pelosok, terdalam dan terluar di seluruh NUSANTARA perlu kita dukung dengan program berbagi kebaikan

Read More

Program Pendidikan

Pendidikan menjadi pilar pembangunan Nasional untuk Indonesia lebih baik lagi. Layakkan pendidikan bagi anak generasi kita

Read More

Program Ekonomi

Ayo Bangkit dari keterpurukan perekonomian pasca pandemi dengan program kemanfaatan untuk pelaku usaha UMKM di Indonesia

Read More

Sosial Kemanusiaan

Bencana yang kerap melanda negeri kita menjadi moment terbaik kita untuk saling membantu dan meringankan beban penyitas bencana alam tersebut

Read More

Laporan Kegiatan kami

Selasa, 23 Juni 2015

Ramadhan bersama Imam Palestina

Ramadhan bersama Imam Palestina












Depok. Suasana berbeda langsung mewarnai Masjid Ummul Qurro Pesantren Hidayatullah Depok. Diawail dengan qiyamul lail bersama, kemudian berlanjut shubuh dan ta’’aruf langsung dari Syeikh Naim Abdullah Sulaeman Abu Shindi.
Di hadapan para jama’ah, Syeikh Abu Shindi demikian akrab dipanggil mengucapkan syukur dan terimakasih kepada Baitul Maal Hidayatullah dan Sahabat Al-Aqsha yang telah menginisiasi program Ramadhan bersama Imam Palestina.“Shubuh kali ini adalah yang pertama bagi beliau, karena setelah ini beliau akan berkeliling di Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Kemudian lanjut ke Surabaya, Balikpapan, Makassar, Timika dan Batam bersama BMH dan Sahabat Al-Aqsha,” demikian diungkapkan oleh penerjemah BMH Muhammad Amin kepada para jama’ah.
Selain taaruf, Abu Shindi mengingatkan agar umat Islam benar-benar mengisi Ramadhan dengan sebaik-baiknya.“Kita tidak perlu membahas tentang keutamaan Ramadhan, karena tidak ada habis-habisnya kita membahas keutamaan Ramadhan. Tetapi, mari kita isi Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Karena ada banyak keutamaan yang akan membahagiakan kehidupan kita dunia-akhirat,” ungkapnya yang diterjemahkan oleh M. Amin.“Bahkan, Rasulullah, telah mempersiapkan diri menyambut Ramadhan sejak dua bulan sebelumnya,” tegas Abu Shindi.

Program Ramadhan bersama Palestina ini, nantinya akan memperkuat realisasi program Pesantren Tahfidz di Palestina yakni Pesantren Tahfidz Abdullah Said Al-Indonesi dan Pesantren Tahfidz Amin Bahrun Al-Indonesi.Melalui Zakat, Infak dan Sedekah Anda, mampu kibarkan dakwah keberbagai penjuru negeri hingga menyediakan Pesantren Tahfidzul Qur’an Indonesia di Palestina*/Ali

Rabu, 17 Juni 2015

Kampus Hidayatullah Sorong, Pemuda Didorong Giat Menulis

Kampus Hidayatullah Sorong, Pemuda Didorong Giat Menulis






Hidayatullah.or.id — Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olahraga Yuni Poerwanti menegaskan bahwa para pemuda perlu membekali diri dengan keterampilan jurnalisme warga (citizen journalism) sebagai sumber informasi alternatif bagi masyarakat.

Pelatihan yang dihadiri sekitar 250 pemuda dari berbagai organisasi itu diselenggarakan oleh Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP PON) bekerjasama dengan Pondok Pesantren Hidayatullah Sorong.
“Para pemuda jangan tidur dan harus bisa menuangkan pikiran dan ide-ide dalam bentuk tulisan untuk diinformasikan ke masyarakat melalui berbagai bentuk saluran media, salah satunya jurnalisme warga,” kata Yuni saat membuka Pelatihan Jurnalisme Warga yang berlangsung di komplek Pondok Pesantren Hidayatullah di Kecamatan Mayamuk, Kabupaten Sorong, Inggu (14/6) kemarin.Menurut Yuni yang didampingi Kepala PP PON Teguh Raharjo dan pimpinan Pondok Pesantren Hidayatullah Sudirman Hambal, melalui pelatihan jurnalisme warga tersebut para pemuda diharapkan mempunyai keterampilan untuk mengelola informasi di lingkungan sekitarnya, tanpa harus menjadi reporter profesional.
Selain para pemuda dari Kabupaten Sorong, pelatihan dengan nara sumber Dadan Ramdani dari Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara (LPJA) Jakarta itu juga diikuti sekitar 25 peserta Ekspedisi Nusantara Jaya yang kebetulan sedang merapat di Sorong.“Melihat kemajuan teknologi informasi sekarang ini, jurnalisme warga memang sangat pas untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam mengelola informasi yang ada di sekitar mereka dan bermanfaat bagi masyarakat luas,” kata Yuni.
Hasan Basri, mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah Sorong mengakui bahwa ia memang sangat meminati bidang jurnalistik, tapi belum mendapatkan kesempatan untuk mendalaminya secara lebih mendalam.“Saya senang sekali mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini yang meski hanya ketrampilan dasar, tapi setidaknya bisa menambah wawasan saya mengenai seluk beluk dunia jurnalistik,” kata Hasan.
Tapi Hasan Basri yang juga aktif dalam sebuah lembaga swadaya masyarakat di Sorong itu menyampaikan kegalauannya dengan kehidupan pers di Tanah Air yang menurutnya lebih menampilkan kepentingan pihakk tertentu, terutama media elektronik.“Saya sering bingung dan tidak tahu harus mempercayai yang mana kalau menyimak berita dari berbagai media, terutama televisi, Yang satu lebih membela habis-habisan salah satu pihak, demikian pula dengan media lainnya,” katanya.Fakhtur, peserta lainnya dari Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Sorong juga mempertanyakan independensi media massa, terutama yang dikuasai oleh pemilik modal sehingga ia memilih untuk mencari informasi melalui media alternatif yang berasal dari media sosial.Selain pelatihan jurnalisme media, juga digelar Kepelatihan Kepemimpinan dengan nara sumber Muhammad Akbar Satrio, Ketua Al Azhar Youth Leadership Institute (AYLI) Jakarta.
Meski pelatihan tersebut digelar di lokasi yang cukup jauh dari pusat Kota Sorong, para peserta tampak bersemangat dan banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis, baik mengenai masalah kepemimpinan para elit politik maupun seputar kondisi media massa di Tanah Air.

Bersama BMH, Mushida Gelar Seminar Internasional dan Aksi Peduli Rohingya

Bersama BMH, Mushida Gelar Seminar Internasional dan Aksi Peduli Rohingya





Jakarta. Mengangkat tema “Muslimah dan Pembangunan Peradaban Islam,” Mushida (Muslimah Hidayatullah) menggandeng BMH menyelenggarakan seminar Internasional dan aksi peduli Rohingya yang di ikuti lebih dari 200 perserta.
Acara yang dihelat di hotel Grand Menteng Jakarta ini dibuka langsung oleh Sekjen PP Muslimat Hidayatullah, Ir. Amalia Husnah Bahar, MM. Dalam sambutannya, Amalia menuturkan apresisasinya kepada seluruh peserta.“Bagian penting dari kesuksesan acara ini adalah kerjasama yang saling menguatkan dari berbagai kalangan umat islam dan lembaga amil zakat seperti BMH,” jelasnya.
Menghadirkan narasumber yang berkompeten dari dalam dan luar negeri membuat seminar tersebut bertambah khitmat, diantara nara sumber yang hadir DR. Nur Saleha M. Saleh (Ketua Wanita Isma Malaysia), DR. Bibi Jan M. Ayyub (Mantan Ketua Persatuan Guru Melayu Singapura), Dra Sabriati Aziz, M.Pd.I (Ketua MPP Muslimat Hidayatullah), dan Santi W Soekanto ( Wartawan dan Relawan Sahabat Al-Aqsha) serta DR.KH. Abdul Mannan (Ketua PP Hidayatullah).
Dalam paparannya, DR. Bibi Jan M. Ayyub menjelaskan, pentingnya membangun karakter anak sedini mungkin dengan madrasah keluarga karena keluarga merupakan wadah pendidikan pertama bagi serorang anak pemegang generasi masa depan.“Pendidikan karakter seorang anak harus dimulai dari rumah, bukan di sekolah. Tidak mungkin mengharapkan karakter dan budi pekerti yang baik dari seorang anak dengan hanya menyerahkannya pada sekolah,” ungkapnya.
Beliau menekankan, ayah dan ibu merupakan guru pertama dan utama dalam membangun akhlak yang mulia bagi anak dengan memberikan ketauladahan.“Bagaimanapun rumah adalah sekolah utama anak. Ayah dan ibu merupakan guru pertama dan utama dalam mendidik anak. Sekolah, madrasah, pesantren, masjid dan institusi sosial lainnya hanya bertugas untuk terus memupuk apa yang telah disemai oleh orang tua,” sambungnya penuh semangat.
Hal senada juga disampaikan DR. Nur Saleha M. Saleh, perihal pentingnya ketauladanan dari orang tua terutama serorang ibu yang merupakan panutan pertama bagi anak,“Betapa pentingnya keberadaan wanita sholehah dalam menjamin kesejahteraan generasi dan keturunan. Seorang anak yang rusak bisa menjadi baik jika mendapat pengasuhan dari seorang ibu yang baik. Sebaiknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya hanya bisa melahirkan generasi yang rusak akhlaknya. Karena itulah, merusak wanita muslimah menjadi salah satu agenda utama musuh Islam,” jelasnya.

Selain itu, dipenghujung acara para peserta ikut berpartisipasi dalam penggalangan dana peduli Muslim Rohingya.“Islam itu bersaudara, perbedaan status kewarganegaraan tidak menghalangi rasa persaudaraan kita sebagai umat Islam,” tutur Yulia salah seorang peserta.*/Ali

Berawal dari Dakwah Berlanjut Nikah Berkah

Berawal dari Dakwah Berlanjut Nikah Berkah




Senduro. Dakwah sejatinya tanggung jawab setiap Muslim. Namun, di zaman seperti sekarang, tidak mungkin semua orang terjun berdakwah.Perlu adanya sinergis yang berkesinambungan. Alhamdulillah, berkat kepercayaan umat, khsusunya para donatur, BMH atas idzin Allah diberikan kemampuan untuk menginisiasi dan istiqomah dalam program-program dakwah.
Di antaranya adalah program dakwah di Senduro Lumajang. Dakwah yang berjalan perlahan namun berkesinambungan, mendatangkan rahmat-Nya. Sebagian masyarakat suku Tengger di Senduro memantabkan hati memeluk agama Islam.
Dan, sebagaimana cara Nabi dalam berdakwah, dimana beliau mengirimkan sahabat untuk tinggal di tempat baru dan menjalankan tugas-tugas dakwah, seperti itulah yang bMH lakukan selama ini. “Jadi para dai kami tugaskan di lokasi untuk membangun interaksi setiap saat, sehingga lebih dekat dengan masyarakat,” ungkap Direktur Eksekutif BMH, Wahyu Rahman.Alhamdulillah dakwah terus berjalan, hinggga akhirnya, pada 14 Juni 2015 atas permintaan masyarakat Senduro, para dai tangguh di Lumajang menginisiasi program Nikah Berkah yang diikuti 100 pasang Muallaf Tengger.
Seorang muallaf yang ikut menjadi peserta nikah berkah bertutur, “Islam itu ternyata mudah. Tidak ribet. Masuknya gampang, menjalankan aturannya ternyata juga gampang,” ucapnya.
Sekedar informasi, dakwah di Senduro telah berjalan cukup lama. BMH sendiri telah mensupport secara penuh beragam kegiatan dakwah di lokasi. Mulai dari pengiriman dai, pengadaan motor dai, konversi ternak untuk masyarakat dari babi ke kambing, hingga penyuluhan sederhana dalam bidang pertanian.

Zakat dan sedekah Anda akan membantu dakwah terus berkibar dan insya Allah akan semakin mendekatkan masyarakat pada ajaran Islam. Bahkan dalam sisi lain, dakwah juga akan mencerdaskan umat dan memberdayakan secara ekonomi.*/Ali

Sabtu, 06 Juni 2015

Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan

Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan










Balikpapan. LPPH (Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan Hidayatullah) Balikpapan menggelar acara Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan yang dilaksanakan selama dua hari, Sabtu-Ahad 30-31 Mei 2015 di Wisma Patra Pertamina Balikpapan.
Acara ini disponsori khusus oleh BMH Balikpapan bekerja sama dengan LPPH, SIT (Sekolah Islam Terpadu) Karang Bugis dan Pendidikan Putri Gunung Tembak.Hadir sebagai peserta sebanyak 50 orang yang terdiri dari kepala-kepala sekolah beserta wakil-wakilnya dan beberapa guru potensial dari 10 unit pendidikan. Mereka dari Madrasah Raadhiyatan Mardhiyyah Putra dan Putri, Madrasah Tsanawiyah Putra dan Putri, Madrasah Ibtidaiyah Putra dan Putri, Ma’had Tahfidz Ahlu Shuffah putra dan Putri, SDIT dan SMPIT Lukman Hakim.
Menurut Abdul Ghofar Hadi sebagai ketua LPPH Balikpapan, kegiatan ini banyak menguras pemikiran dari para peserta karena tidak banyak materi tapi evaluasi diri yang bersifat personal dari awal hingga akhir sesi.“Kalau dikatakan ada materi pelatihan maka hanya pengantar saja sekitar 10 menit setiap sesi. Karena inti kegiatan ini bukan training tapi evaluasi terhadap kepemimpinan dari para kepala sekolah dan wakilnya selama ini. Sehingga tidak bisa peserta mengantuk atau bersantai ria,” ujar alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim Surabaya (STAIL) itu.
Materi pertama tentang penilaian kinerja oleh sesama dan kepada diri sendiri yang dipandu langsung oleh ustadz Abdul Ghofar Hadi.Materi ini dinilai cukup strategis, sebab terkadang untuk menilai seseorang tercebak subyektifitas sehingga perlu ada alat ukur dibuat terkait integritas, kedisiplinan, loyalitas atau komitmen, kualitas diri dan kemampuan dalam kerja sama dalam tim.Kemudian dilanjutkan oleh ustadz Nasri Buhori (TPA) Tes Kemampuan Akademik. TPA ini ada materi keislaman, kelembagaan dan dunia pendidikan bagi guru-guru. Soal berbentuk essay yang cukup banyak menyita waktu dan pikiran dari para peserta.Selanjutnya materi studi kasus oleh Ustadz Muzakkir Usman untuk menguji kemampuan peserta dalam menyelesaikan masalah, memutuskan masalah dan kreatifitas problem solvingnya dari siang hingga sore. Materi ini sederhana tapi strategis untuk mengetahui daya nalar dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.Malam hari materi analisis hingga tahapan meraih program unggulan oleh ustadz Joko Mustofa. Pagi harinya pembuatan makalah dengan tema ketrampilan memimpin oleh ustadz Abdul Ghofar Hadi, di saat yang sama peserta sambil menyelesaikan makalah dilaksanakan interviw satu persatu oleh tim pewancara yang terdiri empat tim. Dua tim ustadz dan dua tim ustadzah dengan durasi masing-masing peserta 15-20 menit.
“Banyak hal yang bisa didapatkan oleh LPPH terkait data kemampuan para peserta, harapan dan permasalahan yang selama ini terjadi di unit pendidikan. Insyaallah selanjutnya setelah mengumpulkan hasil dari para ustadz akan ada tindak lanjut program training yang lebih intens,” imbuh Abdul Ghofar.“Peserta juga merasa sangat puas meskipun lelah karena terkuras energi dan pikiran di setiap sesi acara. Kepuasannya adalah dengan bisa menuangkan pikiran, perasaan baik secara lesan maupun tulisan. Lelahnya karena nyaris sedikit jeda istirahatnya dalam setiap sesi,” paparnya.

Kedepan, LPPH Balikpapan mengagendakan program sekolah orang tua, sekolah guru, pelatihan pengasuh, pelatihan wali kelas, pelatihan administrasi dan bendahara. Sehingga ada harapan besar dari semua peserta agar LPPH banyak berperan untuk mendampingi dan melatih para guru dalam menjalan amanah mendidik putra-putri menjadi sholeh-sholehah.Kegiatan semacam ini terlaksana tentu karena dukungan dan kepercayaan umat kepada BMH. Melallui Zakat dan Sedekah, Anda turut serta memajukan pendidikan bangsa Indonesia*/

Madrasah dan Sejarah Pendidikan Islam Indonesia [2]

Madrasah dan Sejarah Pendidikan Islam Indonesia [2]


Adabiyah School bermula dari Madrasah Adabiah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909


Sambungan artikel PERTAMA

KETIKA La Oddang Datu Larompong, Arung Matoa Wajo ke-47, memerintah Wajo dari tahun 1926-1933, beliau memiliki pengetahuan agama yang dalam, karena sejak kecil dididik oleh orangtuanya dalam masalah keagamaan. Beliau disifatkan sering bergaul dengan para ulama seperti, Haji Makkatu, seorang ulama yang sangat tegas dalam memberantas segala kemungkaran dan merintis pengajian yang bersifat kalsikal di Tosora, juga beliau dekat dengan Haji Muhammad As’ad, seorang Ulama Bugis yang lahir di Makkah, ke Wajo pada tahun 1928, sangat berjasa dalam mengembangkan pendidikan Islam di Sulawesi Selatan dengan mencetak para ulama berkaliber nasional dan internasional.
Anre Gurutta (AG) Haji Muhammad As’ad memulai pendidikan dengan memberikan pengajian rutin di rumahnya atau di masjid dengan sistem halakah. Materi utamanya dititik-beratkan pada akidah dan hukum syariah. Semakin lama berjalan, pengajiannya semakin terkenal dan didatangi para santri yang dari perbagi penjuru sehingga sistem halakah (mangaji tudang) tidak cocok lagi. Bulan Mei 1930 beliau membuka sistem pendidikan formal dengan bentuk madrasah atau sekolah formal klasikal di samping Masjid Jami’ Sengkang yang diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI). Dua tahun kemudian dibangunlah gedung sekolah secara permanen di samping masjid atas bantuan pemerintah kerajaan Wajo bersama tokoh masyarakat. Beliau juga sebagai aktor dan pelopor pemurnian ajaran Islam dan pembaruan sistem pendidikan Islam modern melaui Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) yang berpusat di Sengkang. (Ilham Kadir, Jejak Dakwah KH. Lanre Said, Ulama Pejuang dari DI/TII hingga Era Reformasi, 2010).
Para alummni MAI Sengkang, bertebaran mendirikan lembaga pendidikan Islam bercorak pesantren dengan sistem klasikal (modern) di berbagai daerah. Seperti AG. H. Abdurrahman Ambo Dalle mendirikan MAI Mangkoso lalu bersama AG. H. Daud Ismail dan AG. H. M. Pabbajah mendirikan Darul Da’wah wal Irsyad (DDI). AG. H. Daud Ismail juga mendirikan Pesantren Yasrib di Watangsoppeng. AG. H. Junaid Sulaiman mendirikan Pesantren Ma’had Hadits di Watangpone, AG. H. Abd. Muin Yusuf mendirikan Pesantren Al Urwatul Wutsqa di Benteng Rappang, dengan sistem pendidikan dan pemahaman yang secara umum hampir sama karena berafiliasai pada mazhab syafi’i sebagaimana pemahaman Gurutta H. M. As’ad sendiri, kecuali KH. Lanre Said yang Mendirikan Pondok Pesantren Darul Huffadh di Tuju-tuju, Bone, dan KH. Marzuki Hasan pendiri Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maccopa-Maros dan Sinjai memiliki sistem dan pemahaman yang berbeda karena tidak berpegang kepada salah satu mazhab.
Adapun AG. H. Hamzah Manguluang selain mendirikan pesantren Babul Khaer di Bulukumba, beliau juga menjadi penulis produktif, di antara tulisannya yang sangat spektakuler adalah tafsir al-Qur’an 30 Juz lengkap dengan menggunakan bahasa Bugis, dan inilah salah satu tafsir berbahasa daerah terlengkap pertama kali di nusantara.Demikian pula di Kerajaan Bone, berkat bantuan Andi Mappanyukki alias Petta Mangkau Bone, pada tahun 1929 didirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Amirah di Watampone. Pimpinannya ialah Abdul Aziz Asy-Syimie berasal dari Mesir, tahun 1935 pimpinan madrasah beralih ke tangan Ustaz Abdul Hamid al-Misyrie dan selanjutnya digantikan oleh Ustadz Mahmud al-Jawad bekas Mufti Madinah al-Munawarah yang sebelumnya pernah mengajar di Palopo. Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1940 dibangunlah asrama para pelajar sebagai tempat tinggal dan gedung belajar yang teratur.  Para pengasuh madrasah ini adalah para Ulama dari Bone sendiri yang pernah mukim dan belajar di Makkah dan Mesir.
Selanjutnya pada tahun 1932 atas inisiatif Raja Bone Andi Mappanyukki diadakan “Pertemuan Ulama se-Celebes Selatan” di Watampone, ibukota kerajaan Bone. Musyawarah tersebut dihadiri oleh 26 Ulama terkemuka dari seluruh penjuru Sulawesi Selatan termasuk Gurutta H. M. As’ad, di antara isi pertemuan tersebut adalah membicarakan cara-cara pengelolaan pendidikan Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman bagi generasi pelanjut.Bukti-bukti ini menunjukkan, bahwa pendidikan Islam sudah lahir sebelum keberadaan Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar Dewantoro. Bahkan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam tak terkait dan terpengaruh adanya Taman Siswa. Wallahu a’lam! /*


Kamis, 04 Juni 2015

Madrasah dan Sejarah Pendidikan Islam Indonesia

Madrasah dan Sejarah Pendidikan Islam Indonesia



Pada awal abad ke-20, madrasah-madrasah dengan sistem berkelas (klasikal) mulai muncul di Indonesia
Adabiyah School bermula dari Madrasah Adabiah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909

SETIAP tanggal 02 Mei, Bangsa Indonesia memeringati hari Pendidikan Nasional dengan bertitik-tolak dari tahun 1921, ketika Ki Hadjar Dewantoro mendirikan lembaga Taman Siswa.
Ki Hadjar pernah terjun di Politik sampai berhasil menduduki pucuk Pimpinan Partai Nasional Indonesia (PNI), dan mengantarkan dirinya menduduki Menteri Pengajaran pada Kabinet Pertama Indonesia awal kemerdekaan.Sejatinya jauh sebelum Ki Hadjar Dewantoro terjun dibidang pendidikan dan mendirikan lembaga Taman Siswa, sudah tersebar di nusantara lembaga-lembaga Pendidikan Islam.Pada awal abad ke-20, madrasah-madrasah dengan sistem berkelas (klasikal) mulai muncul di Indonesia. Menurut penelitian Mahmud Yunus, pendidikan Islam pertama kali memiliki kelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulis adalah Madrasah Adabiyah (Adabiyah School) di Padang.
Madrasah Adabiyah adalah madrasah pertama di Miangkabau, bahkan di Indonesia, didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Madrasah ini hidup sampai tahun 1914, kemudian diubah menjadi HIS Adabiyah pada tahun 1915, yang merupakan HIS pertama di Miangkabau yang memasukkan pelajaran agama Islam dalam pengajarannya. (baca Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, t.th.)Muculnya sekolah-sekolah Islam yang besepadu dengan sistem pendidikan modern juga tak terlepas dari banyaknya alumni Universitas Al-Azhar Mesir yang telah menyelesaikan pendidikannya di sana. Mereka adalah hasil dari sistem pendidikan yang telah direformasi oleh Muhammad Abduh.Setibanya di Indonesia, mereka mengelolah dan mengajar di sekolah-sekolah agama serta memasukkan mata pelajaran umum. Lembaga pendidikan yang demikian dinamai Madrasah Guru Islam atau Sekolah Menengah Islam (SMI).
Di antara madrasah yang juga termasuk awal adalah Al-Jami’ah Islamiyah, di Sungayang Batusangkar, didirikan oleh Mahmud Yunus pada 20 Maret 1931; Normal Islam (Kuliah Mu’allim Islamiah), didirikan oleh Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI) di Padang pada tanggal 1 April 931 dan dipimpin oleh Mahmud Yunus, dengan demikian Mahmud Yunus memimpin dua madrasah tingkat menengah dan tinggi di atas.Ada pula  Islamic College, didirikan oleh Persatuan Muslim Indonesia (Permi) di Padang pada tanggal 1 Mei 1931, dipimpin oleh Mr. Abdul Hakim.
Kemudian digantikan oleh Mukhtar Yahya tahun 1935.Selanjutnya berdirilah beberapa madrasah yang memasukkan pengetahuan umum dalam rencana pendidikannya, di antaranya, Training College didirikan oleh Nasruddin Thaha di Payakumbuh tahun 1934; Kulliah Muballghin/Muballighat, didirikan oleh Muhammadiyah di Padang Panjang; Kulliah Muallimat Islamiah, didirikan oleh Rgk. Rahmah Al-Yunusiah di Padang Pada tanggal 1 Februari 1937; Kulliah Dianah, didirikan oleh Syakh Ibrahim Musa di Parabek pada tahun 1940 dan dipimpin oleh H. Bustami A. Gani; Kulliatul Ulum, didirikan oleh Thawalib Padang Panjang dan dipimpin oleh Engku Mudo Abdul hakim; Kulliah Syariah, didirikan oleh Tarbiyah Islamiah di Padang Panjang; Nasional Islamic College, didirikan oleh alumni Islamic College di Padang; Modern Islamic College didirikan oleh St. Sulaiman dan kawan-kawan di Bukitinggi.
Di Sulawesi Selatan, secara umum para raja-raja memberi keleluasaan kepada para dai dan ulama sekalihus pendidik untuk mengembangkan syiar agama Islam dan pendidikan.Raja Gowa yang bergelar Imangimangi Daeng Matuju Karaeng Bontonompo Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin (1936 – 1946) sudah menggagas pembukaan Madrasah Islamiyah, bertempat di Jongaya, Gowa. Pengajaran agama Islam yang diberikan berdasarkan Mazhab Syafi’i. Pimpinan Madrasah dipegang oleh Asy Syekh Abdullah bin Shadaqah Dahlan, penganjur Mazhab Imam Syafi’i yang taat.
Madrasah ini dubuka, setelah beberapa bulan Sultan Muhammad Tahir naik tahta di Gowa pada tahun 1936. Para murid-murid madrasah ini berasal dari daerah Takalar, Jeneponto, dan Gowa sendiri. Ketika pecah perang dunia ke II madrasah ini terpaksa ditutup, perang memang selalu membawa petaka!Sebelum itu, di daerah Campalagian Mandar, menurut catatan, pendidikan dengan sistem tradisional telah bermula dari tahun 1913 dibawah asuhan H. Maddeppungeng yang pernah berguru di Makkah Saudi Arabia. Tempat ini menjadi pencetak kader-kader muballigh Islam di Sulawesi Selatan pada awal abad ke XX. Tempat pendidikan ini tidak membatasi usia para pelajarnya. (Sarita Pawiloy, Sejarah Perjuangan Angkatan 45 di Sulawesi Selatan, 1986).

Di kerajaan Wajo ketika diperintah oleh La Mannang Toapamadeng Puangna Raden Galla, Arung Matoa ke-40 yang berkuasa pada tahun 1821-1825, beliau melakukan berbagai usaha dalam bidang pendidikan dan agama, seperti: memperluas dan menyempurnakan Masjid Jami’ Tosora; mendatangkan ulama dari Madinah, (biasa disebut oleh orang Wajo dengan Syeikh Madinah); mengeluarkan perintah pada raja-raja bawahannya agar masjid yang ada dipelihara dan diperbaiki, dan yang belum memiliki masjid agar segera membangun supaya rakyat dapat shalat secara berjamaah; pohon-pohon yang dikeramatkan agar ditebang; perempuan yang keluar rumah agar menggunakan tutup kepala dan kain sarung (baca: krudung); dan dari segi pelaksanaan hukum, pemerintah memotong tangan bagi pencuri atas anjuran Syekh Madinah.

BMH Sahabat Terpercaya

BMH Sahabat Terpercaya











Jakarta. Bertempat di Sawung Manglayang Cilandak Jakarta Selatan, Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menggelar Gathering Media yang dihadiri 25 wartawan dari 15 media nasional.
Gathering Media sendiri dilaksanakan dalam rangka penyampaian sejarah, kiprah, prestasi dan program BMH selama Ramadhan 1436 H yang langsung didukung oleh artis peraih favorit pria Panasonic Award Dude Herlino dengan fokus program utama Dai Tangguh.“Saya pertama kali ketemu BMH setahun lalu di Smesco, waktu itu dalam acara Talkshow Dai Tangguh yang menghadirkan dai pedalaman di Merauke dan dai terpencil di Senduro Jawa Timur,” katanya dengan semangat.“Terus terang, saya nilai ini program yang sangat luar biasa. Bagaimana mungkin, masih ada orang yang mau konsen dakwah, dari rumah ke rumah, membina masyarakat, mengajak mereka mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Jadi, sepatutnya, kita sebagai Muslim, ikut mendukung, mensupport, dan mendoakan agar program Dai Tangguh BMH ini terus bisa dijalankan dan dilanjutkan,” imbuhnya.“Karena dai itu adalah pewaris ulama-ulama terdahulu, yang pangkal ujungnya kembali kepada tauladan kita semua, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam. Jadi, saya pikir kita patut mendorong BMH untuk terus menggulirkan program Dai Tangguh ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menyatakan bahwa BMH adalah satu-satunya lembaga yang sangat berkesan dalam perjalanan hidupnya.“Saya tidak begitu sering berjumpa secara lahiriah dengan teman-teman BMH. Tetapi, dalam perjalanan saya mengenal BMH, saya dengan bangga mengatakan, BMH adalah sahabat terpercaya,” ungkapnya.Kedepan, Kolumnis Hidup Mulia di Majalah Mulia BMH itu menegaskan bahwa dirinya telah merekomendasikan BMH sebagai salah satu lembaga kemanusiaan Islam yang dinilai mampu ikut membantu pemerintah dalam penanganan kasus kekerasan pada anak dengan penanganan menyeluruh, mulai dari anak, keluarga dan masyarakatnya.

“Saya melalui pokja Komisi VIII DPR RI merekomendasikan BMH sebagai lembaga kemanusiaan Islam yang mampu ikut serta memberi solusi kepada korban kekerasan anak, berikut keluarga dan masyarakat sekitarnya. Jadi, tidak parsial. Dimana anak dilindungi, sementara anak tercerabut dari keluarga dan masyarakatnya,” pungkasnya.“Selama Ramadhan, BMH akan meluncurkan 2 program utama, yakni Sebar 1436 Dai Ramadhan dan Ramadhan Bersama Imam Palestina. Kemudian, pada 14 Juni 2015, BMH akan menggelar kegiatan Nikah 100 Pasang Muallaf Senduro di Lumajang Jawa Timur,” demikian ungkap Imam Nawawi Humas BMH Pusat.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Kontak Kami

Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah BMH tetap berkhidmat bersama Ummat - WA 0851.0471.7000

Alamat:

Jalan Sidomakmur 15 Sengkaling Dau Malang

Jam Kerja:

Senin sampai Jumat pUkul 08.00 hingga 16.30

Phone:

0851.0471.7000

Recent Comments

Recent Posts