Jakarta.
Mengangkat tema “Muslimah dan Pembangunan Peradaban Islam,” Mushida (Muslimah
Hidayatullah) menggandeng BMH menyelenggarakan seminar Internasional dan aksi
peduli Rohingya yang di ikuti lebih dari 200 perserta.
Acara yang
dihelat di hotel Grand Menteng Jakarta ini dibuka langsung oleh Sekjen PP Muslimat
Hidayatullah, Ir. Amalia Husnah Bahar, MM. Dalam sambutannya, Amalia menuturkan
apresisasinya kepada seluruh peserta.“Bagian penting dari kesuksesan acara ini
adalah kerjasama yang saling menguatkan dari berbagai kalangan umat islam dan
lembaga amil zakat seperti BMH,” jelasnya.
Menghadirkan
narasumber yang berkompeten dari dalam dan luar negeri membuat seminar tersebut
bertambah khitmat, diantara nara sumber yang hadir DR. Nur Saleha M. Saleh
(Ketua Wanita Isma Malaysia), DR. Bibi Jan M. Ayyub (Mantan Ketua Persatuan
Guru Melayu Singapura), Dra Sabriati Aziz, M.Pd.I (Ketua MPP Muslimat
Hidayatullah), dan Santi W Soekanto ( Wartawan dan Relawan Sahabat Al-Aqsha)
serta DR.KH. Abdul Mannan (Ketua PP Hidayatullah).
Dalam
paparannya, DR. Bibi Jan M. Ayyub menjelaskan, pentingnya membangun karakter
anak sedini mungkin dengan madrasah keluarga karena keluarga merupakan wadah
pendidikan pertama bagi serorang anak pemegang generasi masa depan.“Pendidikan
karakter seorang anak harus dimulai dari rumah, bukan di sekolah. Tidak mungkin
mengharapkan karakter dan budi pekerti yang baik dari seorang anak dengan hanya
menyerahkannya pada sekolah,” ungkapnya.
Beliau
menekankan, ayah dan ibu merupakan guru pertama dan utama dalam membangun
akhlak yang mulia bagi anak dengan memberikan ketauladahan.“Bagaimanapun rumah
adalah sekolah utama anak. Ayah dan ibu merupakan guru pertama dan utama dalam
mendidik anak. Sekolah, madrasah, pesantren, masjid dan institusi sosial
lainnya hanya bertugas untuk terus memupuk apa yang telah disemai oleh orang
tua,” sambungnya penuh semangat.
Hal senada
juga disampaikan DR. Nur Saleha M. Saleh, perihal pentingnya ketauladanan dari
orang tua terutama serorang ibu yang merupakan panutan pertama bagi anak,“Betapa
pentingnya keberadaan wanita sholehah dalam menjamin kesejahteraan generasi dan
keturunan. Seorang anak yang rusak bisa menjadi baik jika mendapat pengasuhan
dari seorang ibu yang baik. Sebaiknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya hanya
bisa melahirkan generasi yang rusak akhlaknya. Karena itulah, merusak wanita
muslimah menjadi salah satu agenda utama musuh Islam,” jelasnya.
Selain itu,
dipenghujung acara para peserta ikut berpartisipasi dalam penggalangan dana
peduli Muslim Rohingya.“Islam itu bersaudara, perbedaan status kewarganegaraan
tidak menghalangi rasa persaudaraan kita sebagai umat Islam,” tutur Yulia salah
seorang peserta.*/Ali
0 komentar:
Posting Komentar